Recent Blog post

Archive for 2015

Analisa Perbedaan Generasi Anak Zaman Dulu 

dengan Generasi Zaman Sekarang

meniti waktu bergulir dengan pasti, apakah ada dampak bagi kehidupan sosial di lingkungan keluarga indonesia? ini adalah ulasan kekinian meninjau masa lampau

Dunia Anak, wah sudah jauh berbeda dengan jaman dahulu. Apa yang kalian semua lihat pada dunia anak sekarang? terlihat menyedihkan? Coba dibandingkan dengan dunia anak jaman dahulu, sepertinya labih menyenangkan dan alami. Berikut perbedaan dunia anak jaman sekarang dan jaman dahulu.

Ini lagu anak-anak jaman dahulu, penyanyinya imut-imut dan lagunya juga memang lagu khusus anak-anak
http://1.bp.blogspot.com/_oQGx3yTv_Ss/TFPBosPNbZI/AAAAAAAABWI/Xb2ArbZiHwg/s1600/tegtxfom.jpg
Ini lagu anak-anak jaman sekarang, waduh parah anak-anak sekarang nyanyinya lagu-lagu cinta kayak orang dewasa. Padahal lagu-lagu tentang cinta belum sesuai dengan porsi anak-anak.
http://4.bp.blogspot.com/_oQGx3yTv_Ss/TFPB_D2St1I/AAAAAAAABWw/EyCBrdHsZ0k/s1600/b4dt8cnd.jpg
Dahulu kalau sepulang sekolah mainannya kayak gini, mainya di alam sehingga kita juga bisa bersahabat dengan alam dan juga terasa lebih menyenagkan.
kelereng / keleci / Gundu


Petak Umpet





kebersamaan bersama teman teman mendekatkan memberikan ke solidan interaksi secara alami, keasyikan tersendiri



Sekarang kalau sepulang sekolah mainannya kayak gini, mainan kayak gini sekarang malah membuat seorang anak menjadi malas belajar kan?
http://3.bp.blogspot.com/_oQGx3yTv_Ss/TFPBoyLSZvI/AAAAAAAABWQ/KZH8Hpx7UTA/s1600/oomv6wtk.jpg
Dahulu anak-anak kalau sore hari, memang ini seharusnya yang dilakukan seorang anak menambah ilmu agama, memperkuat keimanan dan menambah ke imanan, coba lihat jaman sekarang.
http://2.bp.blogspot.com/_oQGx3yTv_Ss/TFPBpTA_1jI/AAAAAAAABWg/XypNEV1l6HE/s1600/fiezxfs2.jpg
Sekarang anak-anak kalau sore hari, wah parah terkontaminasi dengan acara yang namanya sineteron.
http://1.bp.blogspot.com/_oQGx3yTv_Ss/TFPB-yMQf2I/AAAAAAAABWo/Ay8U8pgVwvw/s1600/dthxrrcp.jpg
Sebenernya sedih ya melihat perbedaan yang sangat mencolok dari dunia anak jaman sekarang dan jaman dahulu. 
Tapi bagaimana lagi namanya juga perubahan jaman dan teknologi. Menurut kalian kita harus bagaimana menanggapi semua ini?







Analisa Perbedaan Generasi Anak Jaman Dulu dan Sekarang

By : Banana Harajuku
Minggu, 26 Juli 2015
0

Akio Morita lahir pada tanggal 26 Januari 1921, di kota Nagoya, dari sebuah keluarga pembuat sake (bir khas jepang). Keluarga Morita telah menggeluti pembuatan bir sake selama hampir 400 tahun di kota Tokoname, dekat Nagoya. Di bawah asuhan ketat ayahnya, Kyuzaemon, Akio sedang dipersiapkan untuk menjadi pewaris bisnis keluarga. Sebagai mahasiswa, Akio sering duduk pada rapat perusahaan dengan ayahnya dan ia akan membantu bisnis keluarga bahkan pada liburan sekolah.


Keluarga yang Morita pada masa itu telah mengenal gaya hidup ala budaya Barat, seperti mobil dan fonograf listrik. Setiap kali ia dibebaskan dari tugas-tugas rumah tangga, Akio muda menjadi asyik membongkar gramofon dan menyusunnya kembali.

Dari usia dini, Akio gemar mengutak-atik peralatan elektronik, dan matematika dan fisika adalah mata pelajaran kesukaannya selama SD dan SMP hari. Setelah lulus dari Sekolah Tinggi, ia memasuki Departemen Fisika di Osaka Imperial University.

Selama waktu itu, Jepang berada di tengah-tengah Perang Pasifik. Pada tahun 1944, Akio, yang telah menjadi letnan Angkatan Laut setelah lulus dari universitas tahun itu, bertemu dengan Masaru Ibuka dalam Angkatan Laut Wartime Research Committee.

Ketika ia kembali ke rumah keluarga di Nagoya setelah perang, Morita diundang untuk bergabung dengan fakultas Tokyo Institute of Technology oleh salah satu profesor. Morita mengemasi barang-barangnya dan bersiap-siap berangkat ke Tokyo, ketika sebuah artikel tentang laboratorium penelitian didirikan oleh Ibuka muncul di sebuah kolom surat kabar Asahi disebut, "Blue Pensil." Dengan berakhirnya perang, Ibuka telah mendirikan Institut Penelitian Telekomunikasi Tokyo untuk memulai sebuah awal yang baru. Setelah membaca artikel ini, Morita mengunjungi Ibuka di Tokyo dan mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah perusahaan baru bersama-sama.

Pada tanggal 7 Mei 1946, Ibuka dan Morita mendirikan Tokyo Tsushin Kogyo KK (Tokyo Telecommunications Engineering Corporation) dengan sekitar 20 karyawan dan modal awal 190.000 ¥. Pada waktu itu, Ibuka telah berumur 38 tahun dan Morita 25 tahun.

Selama kemitraan mereka yang panjang, mengabdikan Ibuka teknologi energi untuk penelitian dan pengembangan produk, sementara Morita berperan penting dalam memimpin Sony dalam bidang pemasaran, globalisasi, keuangan dan sumber daya manusia. Morita juga mempelopori Sony masuk ke dalam bisnis perangkat lunak, dan ia memberikan kontribusi kepada keseluruhan manajemen perusahaan.

Dorongan perusahaan untuk mengembangkan usahanya secara global terlihat dalam keputusan untuk mengubah nama perusahaan ke Sony pada tahun 1958, suatu keputusan yang tidak diterima dengan baik baik di dalam atau di luar perusahaan karena Tsushin Tokyo Kogyo sudah dikenal secara luas. Untuk mengatasi pandangan seperti itu, Morita menekankan itu perlu untuk mengubah nama perusahaan untuk sesuatu yang lebih mudah untuk diucapkan dan diingat, agar perusahaan untuk tumbuh dan meningkatkan kehadiran global. Selain itu, Morita perusahaan beralasan bahwa suatu hari nanti bisa berkembang menjadi produk selain elektronik dan nama Tsushin Tokyo Kogyo akan tidak lagi sesuai. Oleh karena itu, ia mengubah namanya menjadi Sony Corporation dan memutuskan untuk menulis 'Sony' dalam katakana alfabet (alfabet Jepang yang biasanya digunakan untuk menulis nama-nama asing), sesuatu yang tidak pernah terdengar pada saat itu.

Pada tahun 1960, Sony Corporation of America didirikan di Amerika Serikat. Morita memutuskan untuk pindah ke AS bersama keluarganya dan
memimpin dalam menciptakan saluran penjualan baru untuk perusahaan. Dia percaya bahwa Sony harus mengembangkan saluran penjualan langsung sendiri, bukan mengandalkan dealer lokal.

Banyak produk yang telah diluncurkan sepanjang sejarah Sony dapat dikreditkan untuk Morita kreativitas dan ide-ide inovatif. Ide-idenya melahirkan benar-benar baru gaya hidup dan budaya, dan ini terbukti dari produk-produk tersebut sebagai Walkman dan perekam kaset video.

Morita juga menunjukkan kemampuannya untuk melepaskan diri dari pemikiran konvensional di bidang keuangan, ketika Sony mengeluarkan American Depositary Receipts di Amerika Serikat pada 1961. Ini adalah pertama kalinya bahwa sebuah perusahaan Jepang telah menawarkan saham di New York Stock Exchange, dan ini memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan modal tidak hanya di Jepang. Sony membuka jalan bagi perusahaan-perusahaan Jepang untuk meningkatkan modal asing, pada saat praktik umum manajemen Jepang adalah untuk meminjam dana dari bank.

Dalam bidang sumber daya manusia, Morita menulis buku berjudul Never Mind Sekolah Records pada 1966 dan menekankan bahwa catatan sekolah tidak penting dalam melaksanakan pekerjaan. Morita sudut pandang, yang pertama kali diketahui lebih dari 30 tahun yang lalu, adalah hari ini diikuti oleh banyak perusahaan di Jepang.

Seperti mengubah nama Tsushin Tokyo Kogyo ke Sony menunjukkan, Morita sangat ingin diversifikasi operasi Sony di luar bisnis elektronik. Pada tahun 1968, perusahaan memasuki bisnis software musik di Jepang dengan mendirikan CBS / Sony Group Inc bersama-sama dengan CBS, Inc dari US Kemudian pada tahun 1979, Sony memasuki bisnis keuangan di Jepang dengan pendirian Sony Prudential Life Insurance Co Ltd, sebuah 50-50 joint venture dengan The Prudential Life Insurance Co of America. Selanjutnya, Sony diperoleh CBS Records Inc, kelompok catatan CBS pada tahun 1988. Tahun berikutnya, Sony mengakuisisi Columbia Pictures Entertainment, Inc, yang memungkinkan perusahaan untuk menjadi perusahaan hiburan yang komprehensif yang memiliki perangkat lunak berkualitas baik konten dan kekayaan hardware.

Selain mengelola Sony, Morita aktif dalam membangun jembatan budaya antara Jepang dan di luar negeri sebagai Wakil Ketua Keidanren (Jepang Federasi Organisasi Ekonomi) dan sebagai anggota dari Jepang-AS Hubungan Ekonomi Group, lebih dikenal sebagai "Wise Men's Group . La berperan dalam berusaha untuk mengurangi friksi perdagangan antara Jepang dan Amerika Serikat, dan melalui publikasi karya sastra tersebut sebagai Made in Japan, ia menjadi, "salah satu yang paling terkenal di Amerika Serikat jepang"

penghargaan Morita yang pertama diberikan Jepang Albert Medal dari Kerajaan Inggris's Royal Society of Arts pada tahun 1982. Pada 1984, ia menerima Ordo Nasional Legiun Kehormatan (Ordre National de la Légion d'Honneur), yang tertinggi dan paling bergengsi di Prancis, dan pada tahun 1991, ia dianugerahi First Class Order of the Sacred Treasure dari HM yang Kaisar Jepang. Di samping itu, Morita menerima sejumlah penghargaan dari negara-negara seperti Austria, Belgia, Brasil, Jerman, Spanyol, Belanda, dan Amerika Serikat, yang menunjukkan sejauh mana pengakuan global-nya.

Morita memancarkan cahaya alami, dan kepribadiannya, yang ia sendiri digambarkan sebagai "ceria," dicintai oleh banyak orang. Dia punya banyak teman baik di Jepang dan di luar negeri, termasuk perorangan seperti Kiichi Miyazawa, mantan Perdana Menteri Jepang, Henry Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri AS, dan orkestra konduktor seperti Zubin Mehta dan almarhum Herbert von Karajan.

source
http://www.biografiku.com/2010/01/biografi-akio-morita-pendiri-perusahaan.html
Di terjemahkan oleh nurdyansa (www.kolom-biografi.blogspot.com) dari www.sony.com

Akio Morita - Biografi Tokoh Dunia

By : Banana Harajuku
Selasa, 05 Mei 2015
0
Pentingnya Pengelolaan Aset

Aset merupakan hal yang sangat fundamental bagi perseorangan ataupun organisasi yang memilikinya, karena aset merupakan bagian yang penting dalam pencapaian tujuan dari pemilik aset, dimana aset terletak di dalam bagian dari proses yang membantu dalam pencapaian tujuan sebelum nantinya menjadi output yang diharapkan (goals).

Berbicara kata "aset" berarti berbicara kekayaan atau harta yang nantinya diharapkan menghadirkan benefit bagi pemiliknya. Untuk dapat mengelola aset dengan baik, diperlukan mampu menguasai berbagai disiplin ilmu dengan baik seperti, ekonomi, akuntansi, teknik sipil, komputer, serta keuangan. Disiplin-disiplin ilmu ini kemudian diracik sedemekian rupa sehingga menjadi satu ilmu yang dikenal manajemen Aset (A. Gima Sugiama) 2012.

Tanpa mengelola aset dengan baik, maka tujuan organisasi ataupun individu tidak akan tercapai secara optimal. Contoh kecil, seorang mahasiswa setiap hari berangkat dari rumahnya menuju kampus dengan menggunakan sepeda motor, sedangkan dia tidak mengetahui dengan baik tentang elemen apa saja yang perlu diperbaiki atau diganti secara berkala pada sepeda motornya. 
Kemudian pada suatu hari sepeda motornya mogok ketika akan berangkat ke kampus, setelah dicek ternyata oli mesin sudah mengering, karena kejadian tersebut hari itu mahasiswa tersebut tidak berangkat ke kampus tetapi pergi ke bengkel untuk memperbaiki sepede motornya. 
Dari contoh tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa jika sepeda motornya (aset) terawat dengan baik, maka tidak akan terjadi kerusakan di tengah perjalanan ke kampus, dan mahasiswa tersebut bisa belajar dengan tenang di kampus untuk meraih tujuannya yakni menjadi sarjana. Ini membuktikan bahwa aset adalah bukan hal yang sepele dalam proses pencapaian tujuan, kita perlu mengetahui dan memahami aset-aset yang kita miliki agar aset-aset yang kita miliki bisa terus berada pada tugas pokok dan fungsinya (tupoksi).

Manajemen Aset


Aset merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Menurut Hwa (2003) dalam Sri Lankan Journal of Estate,  sejalan dengan kebutuhan akan tempat usaha, properti digambarkan sebagai faktor penting dari produksi. Hal ini menjelaskan mengapa banyak perusahaan mempunyai aset properti dalam jumlah besar (Seiler et al, 2001 dalam Sri Lankan Journal of Estate).  Berkaitan dengan hal tersebut, maka aset properti dalam jumlah yang besar harus dapat dikelola dengan baik.

Banyak perusahaan masih menganggap Manajemen Aset secara Fisik hanyalah sekedar instrumen pengelolaan daftar aset. Realita di lapangan menunjukan banyak kasus yang sebenarnya dimulai dari salah kelola dan salah urus masalah aset, sehingga berdampak kerugian yang tidak sedikit. Sebagai contoh optimalisasi sumber daya tidak bisa dilakukan secara maksimal karena tidak teridentifikasi dengan jelas, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu alat produksi sudah saatnya untuk  diganti atau masih layak untuk di maintenance. Pertanyaan berikutnya apabila harus di maintenance kapan waktu yang tepat untuk melakukan hal tersebut, apabila harus diganti apakah dengan jenis alat  yang sama atau ada alternatif lain yang lebih baik. Keputusan akan pilihan-pilihan dalam pengelolaan aset hanya bisa terjawab dengan tepat bila kita memiliki informasi/data yang jelas tentang aset tersebut.

Oladokun,  Timothy Tuned. 2011. Corporate Real Estate Management: A Need For Paradigm Shift In Nigeria. Sri Lankan Journal Of Estate. journals.sjp.ac.lk/index.php/SLJRE/article/download/127/51
Prawoto, Agus. (t.t). "Lifecycle Sustainability Asset Management". dari http://www.kedaiproperty.com/lifecycle-sustainability-asset-management diunduh 12 November 2011


Pengertian Manajemen Aset

Berikut dijelaskan mengenai pengertian Manajemen Aset berdasarkan beberapa pakar.


Prawoto (t.t) mengemukakan bahwa “Manajemen aset adalah kombinasi dari manajemen, keuangan, ekonomi, tehnik mesin dan praktek kerja yang diterapkan pada aset fisik dengan tujuan agar mampu menyediakan tingkat pelayanan prima dengan biaya yang paling efesien”.


Federal Highway Administration and the American Association of State Highway and Transportation Officials dalam Asset Management Primer (1999) mendefinisikan manajemen aset sebagai pemenuhan tingkat layanan yang diperlukan dengan cara yang paling hemat biaya melalui penciptaan, akuisisi, operasi, pemeliharaan, rehabilitasi, dan penghapusan aset yang disediakan bagi pelanggan saat ini dan dimasa yang akan datang.

Organization for Economic Co-Operation and Development yang dikutip dalam sebuah proyek penelitian berjudul Asset Management—Texas Style (2007) berpendapat bahwa manajemen aset didefinisikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk mempertahankan, mengupgrade, dan mengoperasikan aset, menggabungkan prinsip rekayasa dengan praktek bisnis yang sehat dan alasan ekonomi, dan menyediakan alat untuk memfasilitasi pendekatan yang lebih terorganisir dan fleksibel untuk membuat keputusan yang diperlukan untuk mencapai harapan publik.

Menurut Hastings (2010) manajemen aset adalah serangkaian kegiatan yang terkait dengan (1) mengidentifikasi apa saja yang dibutuhkan aset, (2) mengidentifikasi kebutuhan dana, (3) memperoleh aset, (4) menyediakan sistem dukungan logistik dan pemeliharaan untuk aset, (5) menghapus atau memperbaharui aset sehingga secara efektif dan efisien dapat memenuhi tujuan.

Berbagai pengertian mengenai manajemen aset tersebut mengatakan bahwa manajemen aset merupakan suatu proses sistematis yang mempertahankan, meng-upgrade, dan mengoperasikan aset dengan cara yang paling hemat biaya melalui penciptaan, akuisisi, operasi, pemeliharaan, rehabilitasi, dan penghapusan aset yang terkait dengan (1) mengidentifikasi apa saja yang dibutuhkan aset, (2) mengidentifikasi kebutuhan dana, (3) memperoleh aset, (4) menyediakan sistem dukungan logistik dan pemeliharaan untuk aset, (5) menghapus atau memperbaharui aset sehingga secara efektif dan efisien dapat memenuhi tujuan. Inti dari manajemen aset yaitu bahwa pengelolaan aset berkaitan dengan menerapkan penilaian teknis dan keuangan dan praktek manajemen yang baik untuk memutuskan apa yang dibutuhkan aset untuk memenuhi tujuan bisnis, dan kemudian untuk memperoleh dan mempertahankan aset selama umur hidup aset tersebut sampai ke pembuangan.


Prawoto, Agus. (t.t). "Lifecycle Sustainability Asset Management". darihttp://www.kedaiproperty.com/lifecycle-sustainability-asset-managementdiunduh 12 November 2011
Hastings, Nicholas A. John. 2010. Physical Asset Management. Springer. ISBN 978-1-84882-751-6
Krugler Paul E., Carlos M. Chang-Albitres, Kirby W. Pickett, Roger E. Smith, Illya V. Hicks, Richard M. Feldman, Sergiy Butenko, Dong Hun Kang, and Seth D. Guikema. 2007. Asset Management Literature Review and Potential Applications of Simulation, Optimization, and Decision Analysis Techniques For Right-of-Way and Transportation Planning and Programming. Texas Transportation Institute, The Texas A&M University System  From: http://tti.tamu.edu/documents/0-5534-1.pdf
U.S. Department of Transportation, Federal Highway Administration, Office of Asset Management. 1999. Asset Management Primer. U.S. Department of Transportation. From: www.fhwa.dot.gov/infrastructure/asstmgmt/amprimer.pdf

Tujuan Manajemen Aset

Prawoto menjelaskan bahwa tujuan manajemen aset adalah untuk menjaga agar nilai aset tersebut tetap tinggi dan mempunyai usia hidup yang panjang dengan menyediakan biaya operasi yang memadai sehingga mampu menghasilkan outputyang tinggi secara efesien, memberikan kepuasan kepada pelanggannya namun dengan tetap mengindahkan peraturan perundangan dan aspek keselamatan kerja sehingga tidak mengganggu lingkungan dan memberikan image yang baik kepada publik.

Nemmer dalam proyek penelitian berjudul Asset Management—Texas Style (2007) berpendapat bahwa tujuan utama dari manajemen aset adalah untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan dan untuk mengalokasikan dana aset sebuah instansi sehingga pengembalian investasi terbaik diperoleh. Manajemen aset mencakup semua proses, alat, dan data yang dibutuhkan untuk mengelola aset secara efektif untuk mencapai tujuan ini.

Hastings (2010) berpendapat bahwa fungsi manajemen aset diperlukan untuk memberikan pengetahuan aset dan kapasitas manajemen terkait dan kegiatan pendukung keputusan dalam konteks bisnis yang meliputi (1) aset (dan kemampuan yang terkait) perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (2) perencanaan keberlanjutan dan pelaksanaan aset dan, (3) logistik dukungan pembangunan dan pengelolaan fasilitas.

Menurut Hambali (2010), ada lima tujuan dari manajemen aset. Tujuan-tujuan dari manajemen aset meliputi (1) kejelasan status kepemilikan aset, (2) inventarisasi kekayaan daerah dan masa pakai aset, (3) optimasi penggunaan dan pemanfaatan untuk meningkatkan pendapatan dimana aset yang berstatus idle capacity dapat dimanfaatkan sesuai peruntukkan yang ditetapkan, selain itu optimasi aset dapat mengidentifikasi dan mengetahui pemanfaatannya untuk apa, peruntukkan aset kepada siapa dan mampu mendatangkan pendapatan bagi pengelola aset (4) pengamanan aset dan (5) dasar penyusunan neraca.

Berdasarkan pendapat di atas, secara umum tujuan dari pengelolaan aset adalah membantu suatu entitas dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara optimal, efektif dan efisien. Hal ini mencakup perencanaan, panduan pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, optimasi, penghapusan aset dan pengaturan risiko serta biaya yang terkait selama siklus hidup aset. Pengelolaan aset juga bertujuan untuk mengetahui kejelasan dari kepemilikan aset sehingga pemilik aset dapat dengan aman dan tidak terbentur masalah legalitas dalam mendayagunakan aset yang dimilikinya.

Hambali. 2010. Inventarisasi Barang Milik Negara. Bandung: Politeknik Negeri Bandung

Hastings, Nicholas A. John. 2010. Physical Asset Management. Springer. ISBN 978-1-84882-751-6

Krugler Paul E., Carlos M. Chang-Albitres, Kirby W. Pickett, Roger E. Smith, Illya V. Hicks, Richard M. Feldman, Sergiy Butenko, Dong Hun Kang, and Seth D. Guikema. 2007. Asset Management Literature Review and Potential Applications of Simulation, Optimization, and Decision Analysis Techniques For Right-of-Way and Transportation Planning and Programming. Texas Transportation Institute, The Texas A&M University System  From: http://tti.tamu.edu/documents/0-5534-1.pdf
Prawoto, Agus. (t.t). "Lifecycle Sustainability Asset Management". dari http://www.kedaiproperty.com/lifecycle-sustainability-asset-management diunduh 12 November 2011

Siklus Hidup Aset


Lei, Herder, dan Wijnia (2012) mengemukakan bahwa masalah global yang umum dalam capital-intensive industry adalah overcapacity dan rendahnya tingkat pengembalian investasi. Ini berarti diperlukan suatu strategi untuk meningkatkan pengembalian investasi untuk mengurangi biaya operasi atau untuk meningkatkan perputaran modal fisik. Dari sudut pandang aset fisik, persyaratan ini berarti kebutuhan untuk manajemen yang dinamis dan berkesinambungannya siklus hidup aset, pengembangan kapasitas yang optimal, keefektivitasan peralatan secara keseluruhan lebih tinggi, keandalan yang lebih tinggi dan fleksibilitas dari aset fisik, dan biaya pemeliharaan yang lebih rendah dari peralatan produksi. Untuk mengatasi tantangan ini metode manajemen aset yang berbeda telah dikembangkan bertujuan untuk meningkatkan siklus hidup aset. Disain manajemen aset yang baik dapat menyebabkan peningkatan operasi.

Pentingnya siklus hidup aset digambarkan dalam berbagai definisi manajemen aset salah satunya diungkapkan oleh Publicly Available Specification (PAS) 55-1. PAS 55-1 (2008) mendefinisikan manajemen aset sebagai kegiatan sistematis dan terkoordinasi dan praktek melalui optimasi organisasi dan berkelanjutan mengelola aset dan sistem aset, kinerja yang terkait, risiko dan pengeluaran selama siklus hidup aset untuk tujuan mencapai rencana strategis organisasi.

Menurut Hastings (2010) tahapan utama dalam siklus aset adalah:
  1. Identifikasi peluang bisnis atau kebutuhan.
  2. Kemampuan analisis gap dan analisis kebutuhan aset
  3. Analisis Pra-studi kelayakan, fisik dan keuangan - pilihan opsi
  4. Perencanaan Kelayakan, fisik dan keuangan - untuk opsi yang dipilih
  5. Akuisisi, pengembangan dan implementasi
  6. Operasi, dukungan logistik dan pemeliharaan
  7. Memantau (monitoring) dan review 
  8. Pembuangan (disposal)

McFarland dalam The National Property Management Association’s Journal of Property and Asset Management (2010), berpendapat bahwa profesional manajemen (dalam hal ini manajemen aset) harus dapat mengelola semua aspek dari siklus hidup aset untuk memastikan perusahaan mereka mencapai hasil maksimal atas modal yang diinvestasikan, menerapkan efisien dan efektif proses yang memberikan kontrol yang wajar yang mendukung tenaga kerja sementara menghilangkan proses non nilai tambah, sumber daya dan biaya.

Sedang Prawoto (t.t) mengemukakan bahwa dalam mengelola aset, hal yang tidak bisa dilepaskan dari manajemen aset adalah siklus kehidupan manajemen aset, yaitu suatu alat yang praktis untuk melakukan identifikasi, mengkwantifikasi dan memprioritaskan penundaan pemeliharaan pada suatu fasilitas, dan mengembangkan rencana reduksi  penundaan pemeliharaan secara rinci untuk mengakomodasikan tersedianya pendanaan. Rencana tersebut mengidentifikasi dan mengkwantifikasi kondisi suatu fasilitas saat ini, kondisi yang diinginkan di masa mendatang, dan bagaimana kondsi mendatang itu dicapai baik dalam kaitannya dengan tugas pemeliharaan dan biaya  yang tersedia. Siklus kehidupan manajemen aset terdiri dari 4 unsur kunci, yaitu pemeliharaan yang bersifat pencegahan, penurunan penundaan pemeliharaan, pembaharuan dan fungsi peningkatan. Untuk pencapaian tujuan dalam manajemen aset diperlukan penggunaan perencanaan manajemen strategis berupa rencana panjang bagi organisasi dengan mengakomodasikan visi, misi dan penciptaan nilai organisasi, kebijakan bisnis, persyaratan yang ditetapkan oleh para pemangku kepentingan, tujuan organisasi serta manajemen risiko.


Hastings, Nicholas A. John. 2010. Physical Asset Management. Springer. ISBN 978-1-84882-751-6
Lei, Telli van der, Paulien Herder & Ype Wijnia. 2012. Asset Management, The State of the Art in Europe from a Life Cycle Perspective. Springer. ISBN 978-94-007-2724-3
PAS 55-1 and PAS 55-2 Asset Management. 2008. British Standards Institution. ISBN: 978 0 580 50976 6. www.bsi-global.com
Prawoto, Agus. (t.t). "Lifecycle Sustainability Asset Management". dari http://www.kedaiproperty.com/lifecycle-sustainability-asset-management diunduh 12 November 2011
Thompson, Brian E., 2010. Achieving Asset Management Excellence. The National Property Management Association’s, Journal of Property And Asset Management (1-8), Volume 1, Number 1, May 2010

Alur Manajemen Aset

Menurut Sugiama (2012) seluruh proses manajemen aset dapat juga disebut fungsi dalam manajemen aset/alur manajemen aset. Terdapat tahapan-tahapan dalam manajemen aset yang merupakan sub-unit kegiatan yang sistematis dan teritegrasi. Masing-masing tahapan saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Seluruh kegiatan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar tidak terjadi kesalahan fatal. Secara umum alur dari manajemen aset adalah Perencanaan Aset, Pengadaan Aset, Inventarisasi Aset, Legal Audit Aset, Operasi Aset, Pemeliharaan Aset, hingga Pengalihan Aset dan Penghapusan Aset. Alur dapat dilihat lebih jelas pada gambar


                                          Gambar : Skema Alur Manajemen Aset
                                          Sumber : Sugiama, 2012:2

Adapun penjelasan dari setiap langkah dalam siklus hidup aset yang telah digambarkan pada gambar 2.4 adalah sebagai berikut:


  1. Pengadaan Aset : Kegiatan pengadaan (barang dan jasa)  adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh atau mendapatkan aset/ barang maupun jasa baik yang dibiayai oleh sendiri maupun yang dibiayai oleh pihak luar atau dilaksanakan secara swakelola (sendiri), maupun oleh penyedia barang dan jasa.
  2. Inventarisasi Aset : Rangkaian kegiatan mengidentifikasi kualitas dan kuantitas aset secara fisik non fisik, dan secara yuridis / legal. melakukan kodefikasi dan mendokumentasikannya untuk kepentingan pengelolaan aset bersangkutan.
  3. Legal Audit Aset : Kegiatan pengauditan tentang status aset, sistem dan prosedur penguadaan, sistem dan prosedur pengalihan, pengidentifikasian adanya indikasi permasalahan legalitas, pencarian solusi untuk memecahkan masalah legalitas yang terjadi atau terkait dengan penguasaan dan pengalihan aset.
  4. Penilaian Aset : Sebuah proses kerja untuk menentukan nilai aset yang dimiliki, sehingga dapat diketahui secara jelas nilai kekayaan yang dimiliki, atau yang akan dialihkan maupun yang akan dihapuskan.
  5. Operasi dan Pemeliharaan Aset : Kegiatan menggunakan atau memanfaatkan aset dalam menjalankan tugas dan pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan pemeliharaan aset adalah kegiatan menjaga dan memperbaiki seluruh bentuk aset agar dapat dioperasikan dan berfungsi sesuai dengan harapan.
  6. Penghapusan Aset: Kegiatan untuk menjual, menghibahkan atau bentuk lain dalam memindahkan hak kepemilikan atau memusnahkan seluruh/sebuah unit atau unsur terkecil dari aset yang dimiliki.
  7. Rejuvinasi Aset / Review : Upaya peremajaan aset dengan tujuan aset dapat didayagunakan kembali sebelum umur ekonomisnya habis. Peremajaan ini dapat berupa perbaikan menyeluruh ataupun penggantian suku cadang dengan tujuan aset dapat beroperasi seperti pada keadaan semula.
  8. Pengalihan Aset : Upaya memindahkan hak dan atau tanggung jawab, wewenang, kewajiban penggunaan, pemanfaatan dari sebuah unit kerja ke unit yang lainnya di lingkungan sendiri.


Sugiama, A. Gima. 2012. Handout Penilaian Aset. Bandung: Polban

Tahapan Kerja Manajemen Aset

Siregar (2004:518) menyebutkan bahwa Tahapan Kerja Manajemen Aset dibagi dalam lima tahap kerja yang saling berhubungan dan terintegrasi satu dengan yang lainnya, meliputi;

  1. Inventarisasi aset meliputi inventarisasi fisik dan yuridis/legal,
  2. Legal audit (berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset),
  3. Penilaian aset dimana hasil dari penilaian aset dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual,
  4. Optimasi pemanfaatan yang merupakan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Aset yang memiliki potensi dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang dapat menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan, sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya, apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya, sehinnga setiap aset nantinya memberikan nilai tersendiri. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan asset.
  5. Pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset),

Prawoto (t.t) menjelaskan bahwa proses manajemen aset dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data-data yang ada, melakukan inspeksi atas penugasan yang telah diberikan, inspeksi atas sumber daya yang digunakan, biaya, cara kerja dan perubahan yang terjadi, harus dilakukan akomodasi terhadap perubahan yang ada sehingga semua permasalahan yang timbul akan dapat dikendalikan. Kegiatan manajemen aset dimulai dari kegiatan identifikasi aset, menentukan rating dan melakukan investarisasi aset, penilaian atas kondisi aset serta penilaian atas aset itu sendiri, mencatat sisa hidup aset, siklus pembiayaannya dan menganalisis kesenjangan yang ada. Disamping itu juga harus dilakukan monitoring atas kondisi aset dan audit serta persiapan rencana kerja manajemen aset. Selain itu juga harus dilakukan identifikasi atas kebutuhan atas aset dengan mempertimbangkan persyaratan yang berlaku di masyarakat, ketentuan yang berlaku termasuk atas pemeliharaan dan rehabilitasi yang sedang dilakukan, agar sesuai dengan kebutuhan. Kemudian proses kegiatan manajemen aset juga ditujukan kepada operasional aset tersebut dan sampai dengan dialihkannya aset tersebut kepada pihak lain apabila telah tidak dibutuhkan lagi dan tidak layak lagi untuk dipertahankan keberadaannya (disposal).


Prawoto, Agus. (t.t). "Lifecycle Sustainability Asset Management". dari http://www.kedaiproperty.com/lifecycle-sustainability-asset-management diunduh 12 November 2011
Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama


Source:
http://www.arf25production.com/
http://sahidsutomo.blogspot.com/
http://herlan231.blogspot.com/

Dr. A. Gima Sugiama
Physical asset management and strategy researcher and 
lecturer for public and corporate or private properties.

thank to Dr. Gima Sugiama
dosen favorit di pascasarjana

Manajemen Aset - Dr. A Gima Sugiama

By : Banana Harajuku
Minggu, 12 April 2015
0
Referensi : Analisis Sistem Informasi – Diagram Alir Data (DAD) / Data Flow Diagram(DFD)
Materi Analisis Sistem Informasi ini, membahas tentang Diagram Alir Data (DAD) / Data Flow Diagram(DFD) dengan Bahasan:
  • Pengertian DFD
  • Latar Belakang DFD
  • Manfaat DFD
  • Tujuan DFD
  • Notasi/Simbol DFD
  • Langkan membuat/mengambar DFD
  • Kesalahan dalam menggambar DFD
  • Tips dalam membuat DFD
  • Contoh kasus DFD (Perpustakaan)

Pengertian DFD

Diagram Alir Data (DAD) atau Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem, yang penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, tersruktur dan jelas. DFD merupakan alat bantu dalam menggambarkan atau menjelaskan  DFD ini sering disebut juga dengan nama Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi.

Latar belakang DAD

Suatu yang lazim bahwa ketika menggambarkan sebuah sistem kontekstual data flow diagram yang akan pertama kali muncul adalah interaksi antara sistem dan entitas luar. DFD didisain untuk menunjukkan sebuah sistem yang terbagi-bagi menjadi suatu bagian sub-sistem yang lebih kecil adan untuk menggarisbawahi arus data antara kedua hal yang tersebut diatas. Diagram ini lalu “dikembangkan” untuk melihat lebih rinci sehingga dapat terlihat model-model yang terdapat di dalamnya.

Tujuan DFD

Tujuan DFD adalah :
1. Memberikan indikasi mengenai bagaimana data ditransformasi pada saat data bergerak melalui sistem
2. Menggambarkan fungsi-fungsi(dan sub fungsi) yang mentransformasi aliran data

Manfaat DFD

Manfaat DFD adalah :
  • Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun komputerisasi.
  • DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan,khususnya bila fungsi-fungsi sistem merupakan bagian yang lebih penting dan kompleks dari pada data yang dimanipulasi oleh sistem.Dengan kata lain, DFD adalah alat pembuatan model yang memberikan penekanan hanya pada fungsi sistem.
  • DFD ini merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program.

Simbol DFD

TERMINATOR/KESATUAN LUAR (EXTERNAL ENTITY)

Setiap sistem pasti mempunyai batas sistem (boundary) yang memisahkan suatu sistem dengan lingkungan luarnya. Kesatuan luar (external entity) merupakan kesatuan (entity) di lingkungan luar sistem yang berupa orang, organisasi atau sistem lainnya yang berada di lingkungan luarnya yang akan membeikan input atau menerima output dari sistem (Jogiyanto, 1989).
Suatu kesatuan luar dapat disimbolkan dengan suatu notasi kotak.
Entitas Luar (external Entity)Notasi terminator/Kesatuan Luar di DFD
Terminator dapat berupa orang, sekelompok orang, organisasi, departemen di dalam organisasi, atau perusahaan yang sama tetapi di luar kendali sistem yang sedang dibuat modelnya. Terminator dapat juga berupa departemen, divisi atau sistem di luar sistem yang berkomunikasi dengan sistem yang sedang dikembangkan.

ARUS DATA (DATA FLOW)

Arus data (data flow) di DFD diberi simbol suatu panah. Arus data ini mengalir diantara proses (Process), simpanan data (data store) dan kesatuan luar (external entity). Arus data ini menunjukkan arus data yang dapat berupa masukkan untuk sistem atau hasil dari proses sistem.
Notasi Arus Data di DFD
Arus Arus data  data dapat dapat berbentuk berbentuk sebagai sebagai berikut berikut : :
  • Formulir atau atau dokumen dokumen yang  yang digunakan digunakan perusahaan perusahaan
  • Laporan tercetak tercetak yang  yang dihasilkan dihasilkan sistem sistem
  • Output dilayar  komputer
  • Masukan untuk komputer komputer
  • Komunikasi ucapan
  • Surat atau memo
  • Data yang dibaca atau atau direkam di  file
  • Suatu isian yang  yang dicatat pada buku agenda
  • Transmisi data  dari suatu komputer ke komputer lain

PROSES (PROCESS)

Suatu proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin, atau komputer dan hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dilakukan arus data yang akan keluar dari prises. Suatu proses dapat ditunjukkan dengan simbol lingkaran atau dengan simbol empat persegi panjang tegak dengan sudut-sudutnya tumpul.
Notasi Proses di DFD
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang proses :
  • Proses harus memiliki input dan output.
  • Proses dapat dihubungkan dengan komponen terminator, data store atau proses melalui alur data.
  • Sistem/bagian/divisi/departemen yang sedang dianalisis oleh profesional sistem digambarkan dengan komponen proses.

SIMPANAN DATA (DATA STORE)

Simpanan data (data store) merupakan simpanan dari data yang dapat berupa file atau database di sistem komputer, arsip atau catatan manual, kotak tempat data di meja seseorang, tabel acuan manual, agenda atau buku. Simpanan data di DFD dapat disimbolkan dengan sepasang garis horizontal paralel yang tertutup di salah satu ujungnya.
Simbol dari Simpanan Data di DFD

Syarat Memuat DFD

Syarat-syarat pembuatan DFD ini adalah :
1. Pemberian nama untuk tiap komponen DFD
2. Pemberian nomor pada komponen proses
3. Penggambaran DFD sesering mungkin agar enak dilihat
4. Penghindaran penggambaran DFD yang rumit
5. Pemastian DFD yang dibentuk itu konsiten secara logika

Tips-tips dalam membuat DFD

Berikut ini tips-tips dalam membuat DFD :
  1. Pilih notasi sehingga proses yang didekomposisi atau tidak didekomposisi dapat dibaca dengan mudah
  2. Nama proses harus terdiri dari kata kerja dan kata benda
  3. Nama yang dipakai untuk proses, data store, dataflow harus konsisten (identitas perlu)
  4. Setiap level harus konsisten aliran datanya dengan level sebelumnya
  5. Usahakan agar external entity pada setiap level konsisten peletakannya
  6. Banyaknya proses  yang disarankan pada setiap level tidak melebihi 7 proses
  7. Dekomposisi berdasarkan kelompok data lebih disarankan (memudahkan aliran data ke storage yang sama)
  8. Nama Proses yang umum hanya untuk prose yang masih akan didekomposisi
  9. Pada Proses yang sudah tidak didekomposisi, nama Proses dan nama Data harus sudah spesifik
  10. Aliran ke storage harus melalui proses, tidak boleh langsung dari external entity
  11. Aliran data untuk Proses Report .. : harus ada aliran keluar. Akan ada aliran masuk jika perlu parameter untuk mengaktifkan report
  12. Aliran data yang tidak ada datastorenya harus diteliti, apakah memang tidak mencerminkan persisten entity (perlu disimpan dalam file/tabel), yaitu kelak hanya akan menjadi variabel dalam program.

Langkah membuat/menggambar DFD

Tidak ada aturan baku untuk menggambarkan DFD. Tapi dari berbagai referensi yang ada, secara garis besar langkah untuk membuat DFD adalah :

IDENTIFIKASI ENTITAS LUAR, INPUT DAN OUTPUT

Identifikasi terlebih dahulu semua entitas luar, input dan ouput yang terlibat di sistem.

BUAT DIAGRAM KONTEKS (DIAGRAM CONTEXT)

Diagram ini adalah diagram level tertinggi dari DFD yang menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan luarnya.
Caranya :
  • Tentukan nama sistemnya.
  • Tentukan batasan sistemnya.
  • Tentukan terminator apa saja yang ada dalam sistem.
  • Tentukan apa yang diterima/diberikan external entity dari/ke sistem.
  • Gambarkan diagram konteks.
Context Diagram

BUAT DIAGRAM LEVEL ZERO (OVERVIEW DIAGRAM)

Diagram ini adalah dekomposisi dari diagram konteks.
Caranya :
  • Tentukan proses utama yang ada pada sistem.
  • Tentukan apa yang diberikan/diterima masing-masing proses ke/dari sistem sambil memperhatikan konsep keseimbangan (alur data yang keluar/masuk dari suatu level harus sama dengan alur data yang masuk/keluar pada level berikutnya).
  • Apabila diperlukan, munculkan data store (master) sebagai sumber maupun tujuan alur data.
  • Hindari perpotongan arus data
  • Beri nomor pada proses utama (nomor tidak menunjukkan urutan proses).
(klik gambar untuk resolusi yang lebih baik)
Overview Diagram
Overview Diagram

BUAT DIAGRAM LEVEL SATU

Diagram ini merupakan dekomposisi dari diagram level zero.
Caranya :
  • Tentukan proses yang lebih kecil (sub-proses) dari proses utama yang ada di level zero.
  • Tentukan apa yang diberikan/diterima masing-masing sub-proses ke/dari sistem dan perhatikan konsep keseimbangan.
  • Apabila diperlukan, munculkan data store (transaksi) sebagai sumber maupun tujuan alur data.
  • Hindari perpotongan arus data.
  • Beri nomor pada masing-masing sub-proses yang menunjukkan dekomposisi dari proses sebelumnya.C ontoh : 1.1, 1.2, 2
Level dalam DFD
Level dalam DFD

Kesalahan dalan pembuatan DFD

Umumnya kesalahan dalam pembuatan   DFD adalah :
(klik gambar untuk resolusi yang lebih baik)
  1. Proses mempunyai input tetapi tidak menghasilkan output. Kesalahan ini disebut dengan black hole (lubang hitam), karena data masuk ke dalam proses dan lenyap tidak berbekas seperti dimasukkan ke dalam lubang hitam.
  2. Proses menghasilkan output tetapi tidak pernah menerima input. Kesalahan ini disebut dengan miracle (ajaib), karena ajaib dihasilkan output tanpa pernah menerima input.
  3. Input yang masuk tidak sesuai dengan kebutuhan proses
  4. Data Store tidak memiliki keluaran
  5. Data Store tidak memiliki masukan
  6. Hubungan langsung antar entitas luar
  7. Masukan langsung entitas data store
  8. Keluaran langsun dari data store ke Entitas  luar
  9. Hubungan langsung antar data store
  10. Data masukan dan keluaran yang tidak bersesuain dalam data store
Download pdf: disini
Materi Analisis Sistem Informasi lainnya:

Pedoman Membuat Flowchart - Analisis Sistem Informasi – Diagram Alir Data (DAD) / Data Flow Diagram(DFD)

By : Banana Harajuku
Sabtu, 28 Maret 2015
0

- Copyright © COACH RUKMANA ARIEF - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -