Posted by : Banana Harajuku
Minggu, 31 Agustus 2014
Wow! Ternyata Indonesia Miliki Cadangan Uranium Sebanyak 70.000 Ton!!
Uranium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang U dan nomor atom 92. Sebuah logam berat, beracun, berwarna putih keperakan dan radioaktif alami, uranium termasuk ke actinide series (seri aktinida). Isotopnya digunakan sebagai bahan bakar reaktor nuklir dan senjata nuklir. Uranium biasanya terdapat dalam jumlah kecil di bebatuan, tanah, air, tumbuhan, dan hewan (termasuk manusia).
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) memperkirakan terdapat cadangan 70 ribu ton Uranium dan 117 ribu ton Thorium yang tersebar di sejumlah lokasi di Indonesia, yang bisa bermanfaat sebagai energi alternatif di masa depan!
“Untuk Uranium potensinya dari berbagai kategori, ada yang dengan kategori terukur, tereka, teridentifikasi dan kategori hipotesis, sedangkan Thorium baru kategori hipotesis belum sampai terukur,” kata Direktur Pusat Pengembangan Geologi Nuklir Batan Agus Sumaryanto di sela peluncuran Peta Radiasi dan Radioaktivitas Lingkungan di Jakarta.
Sebagian besar cadangan Uranium kebanyakan berada di Kalimantan Barat, sebagian lagi ada di Papua, Bangka Belitung dan Sulawesi Barat, sedangkan Thorium kebanyakan di Babel dan sebagian di Kalbar.
Menarik Perhatian Pihak Asing
Perusahaan dari Amerika Serikat, Rusia, Prancis dan Cina serta negara-negara besar lainnya telah mengincar uranium yang demikian potensial di Indonesia.
PT Freeport Indonesia diberitakan menggali, memproduksi dan mengeskpor bahan uranium secara diam-diam tanpa melaporkannya kepada pemerintah (ANTARA, 17 Juli 2011).
Freeport Indonesia, anak usaha Freeport McMoran, adalah perusahaan tambang yang beroperasi di Papua sejak tahun 1964, dan hanya diizinkan menambang emas, tembaga, dan tidak diizinkan menambang uranium.
Namun anehnya, DPRD Timika bukannya mendukung pengusutan dan penyelidikan itu, namun justru meragukan laporan tersebut dan menganggapnya tak benar. Kalangan DPRD Mimika, Papua menyatakan tidak yakin PT Freeport Indonesia (PTFI) secara diam-diam memproduksi uranium, demikian Wakil Ketua I DPRD Mimika, Pieter Yan Magal di Timika, ibukota Kabupaten Mimika, Rabu.
“Saya berpendapat, hal itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin, kami tidak yakin kalau Freeport juga memproduksi uranium.Itu hanya dugaan yang tidak mendasar dan tidak punya bukti kredibel,” katanya. (sumber antara). Dengan tak didukungnya suatu penelitian mendalam oleh DPRD justru menimbulkan pertanyaan, ada permainankah dibalik ini semua?
Oleh sebab itu, pemerintah harus hati-hati memberikan izin tambang. Untuk mengolah uranium dari kandungan bumi Nusantara, pemerintah jangan sampai gegabah ketika merencanakan untuk menggali dan mengelola sumber energi tersebut, dan biasanya diserahkan kepada investor.
Di bukit desa Takandeang, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, misalnya terdapat potensi mineral radio aktif antara 2.000 dan 3.000 nsw per jam.
Sedangkan pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Papua memiliki kandungan uranium yang jumlahnya cukup menggantikan bahan minyak dan gas yang kian menipis.
Kajian terakhir dilakukan di Mamuju, Sulbar, dimana deteksi pendahuluan menyebut kadar Uranium di lokasi tersebut berkisar antara 100-1.500 ppm (part per milion) dan Thorium antara 400-1.800 ppm.
Radio Aktif Tertinggi di Indonesia Namun Tak Berbahaya
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) telah melakukan penelitian atas kandungan uranium di Kabupaten Mamuju seperti di desa Takandeang, Kecamatan Tapalang, juga di desa Belang Belang, Kecamatan Kalukku, sekitar 30 kilometer dari kota Mamuju dan di Kecamatan Tobadak sekitar 100 kilometer dari kota Mamuju.
Berdasarkan hasil penelitian tambang di Mamuju, potensi uranium yang ditemukan dianggap tidak berbahaya. Sifat uranium itu hanya sebagai bahan baku untuk membangkitkan tenaga nuklir. Sehingga ia meminta Bepeten segera meneliti titik potensi kandungan uranium di Kecamatan Kalukku dan Kecamatan Tobadak itu.
Deputi Bidang Pengkajian Keselamatan Nuklir Bapeten Dr Khoirul Huda mengatakan, Bepeten sementara sedang melakukan penelitian potensi uranium di Mamuju yang diperkirakan memiliki kandungan uranium sangat tinggi sehingga dilakukan penelitian lebih mendalam.
“Hasil penelitian yang telah kami lakukan menyimpulkan Mamuju adalah daerah tertinggi radio aktifnya di Indonesia. Ini menunjukan ada potensi uranium di daerah Mamuju,” ujarnya.
Ia mengatakan, potensi paling tinggi di Mamuju ditemukan di wilayah bukit Desa Takandeang, Kecamatan Tapalang, sekitar 40 kilometer dari Kota Mamuju, tinggi radioaktivitas di desa tersebut berkisar antara 2.000-3.000 nsw per jam.
Ia mengingatkan agar masyarakat tidak perlu khawatir dengan kondisi tersebut, karena ada beberapa pendekatan yang akan dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah sebagai solusi yang harus ditindaklanjuti.
Pemerintah daerah harus membuat perencanaan infrastruktur yang memungkinkan agar bisa menghindari radioaktif yang tinggi. Umumnya jika radioaktif tinggi maka berpotensi adanya kandungan uranium. Ini juga menandakan pasti ada sesuatu kandungan yang berharga di dalamnya,” katanya.
Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta, MS dan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Prof. Dr. Djarot S Wisnubroto mengunjungi Sintang Kalimantan Barat, pada awal Mei 2013 lalu guna meninjau potensi uranium di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat.
Kami mengajak kepala BATAN untuk melihat langsung potensi uranium di Kabupaten Melawi,” kata Menristek. Uranium merupakan bahan penting untuk membangun PLTN, dan pihaknya melihat langsung perkembangan uranium di Melawi, di Belitung sudah lama sedangkan di Melawi itu masih dalam bentuk Eksplorasi saja.
Potensi uranium di Kabupaten Melawi terbesar di Indonesia dan sudah dilakukan ekplorasi sejak tahun 1974. Rencana pendirian PLTN di Kalimantan Barat sebagai daerah yang aman dari gempa dan tsunami, pemerintah tengah mencari lokasi PLTN di daerah yang potensi tsunami dan gempanya rendah.
Prancis menggelapkan data uranium?
Sementara itu, Prancis memiliki banyak data tentang kandungan uranium Kalimantan Barat. Pihak Amerika Serikat pun mengincar potensi tambang uranium di daerah ini. Menurut mantan Chief Le Sondage (Kepala Bidang Pengeboran) eksplorasi uranium Nanga Pinoh/Nanga Ella & Nanga Kalan di Commessariats L’Energi Le Anatomique(Badan Tenaga Atom Prancis), Sunarjo M BSc, Prancis waktu itu menggandeng BATAN saat melakukan penelitian.
Menurut Sunarjo, eksplorasi dimulai pada dekade tahun 60-an. Kegiatannya merambah hingga Kapuas Hulu, Landak dan Sanggau.
Sekitar tahun 1970-an eksplorasi memasuki wilayah Nangga Pinoh. Hingga sekarang, eksplorasi uranium di Kalimantan Barat belum melangkah ke tahap lanjutan.
Membuka tambang uranium tak bisa sembarangan. Bukan seperti tambang biasa. Debu kandungan uranium itu saja tak boleh bertiup ke luar areal pertambangan. Dampak lingkungannya luar biasa.
Indonesia bisa kecolongan data mengenai potensi uranium Kalimantan Barat yang mungkin pada waktu itu banyak digelapkan oleh pihak Prancis.
Sedangkan pakar ekonomi Universitas Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan, Syarkawi Rauf pernah mengatakan, kandungan uranium di Mamuju itu mempunyai potensi terbaik di Indonesia. Oleh karena itu, Rauf meminta agar pemerintah mengelola tambang uranium itu dengan baik untuk mencapai kemakmuran rakyat, dan jangan sampai hanya menguntungkan pihak asing.
Uranium bukan hanya untuk menghasilkan tenaga nuklir—misalnya guna kepentingan pertahanan. Bahan uranium dapat dimanfaatkan untuk menambah sumber ekonomi seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang mendukung pasokan sumber tenaga listrik.
Beberapa daerah yang memiliki potensi uranium adalah Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua – bahkan Freeport pernah menemukan bahan uranium di daerah tambang emas.
Laju Dosis Radiasi Gamma Tercepat
Kecamatan Singkep, Kabupaten Mamuju juga menjadi kawasan yang laju dosis radiasi gamma-nya tercepat di Indonesia dibanding rata-rata nilai laju dosis radiasi Gamma di Indonesia yang 46 nSv per jam, kata Direktur Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Batan, Susilo Widodo.
Ia mengatakan, pihaknya telah menyusun Peta Radiasi dan Radioaktivitas Lingkungan sebagai data dasar, sehingga kalau ada kenaikan radiasi yang disebabkan faktor bukan alami misalnya radiasi hasil lepasan industri atau kecelakaan nuklir, bisa diketahui dengan cepat.
Susilo mengatakan, saat terjadi kecelakaan reaktor nuklir Fukushima misalnya, pihaknya tidak mendeteksi adanya radiasi nuklir yang masuk ke wilayah Indonesia.
“Secara alamiah, radiasi nuklir dari Jepang di utara sulit menyebrang ke kawasan katulistiwa. Justru jika dilihat dari posisi dan arah angin potensi radiasi dari Jepang akan masuk lebih dulu ke Amerika Serikat dan terakhir China,” katanya.
Peta ini, ujarnya, juga penting untuk mengkaji efek kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di daerah radiasi tinggi serta indikasi bahan tambang seperti Uranium, Thorium dan mineral sejenisnya.
Peta tingkat radiasi dan radioaktivitas lingkungan di Indonesia ini, urainya, terdiri dari lima peta, yakni peta laju dosis radiasi gamma lingkungan dan peta tingkat konsentrasi radionuklida alam Thorium-228, Thorium-232, Radon-226, dan Kalium-40 dalam sampel permukaan.
Batan juga meluncurkan URL monitor radiasi lingkungan kawasan reaktor nuklir Serpong dimana telah dipasang lima monitor gamma di kawasan itu selama 2012-2013 dan meluncurkan “GPS tracking” untuk transportasi limbah di Indonesia.
Namun diluar itu semua, langkah paling awal yang diharapkan dari pemerintah Indonesia adalah melindungi tiap aset bumi dan laut di Indonesia dari tangan-tangan asing yang tak pernah memakmurkan rakyatnya!
Jangan lagi kita kecolongan dengan perjanjian-perjanjian tambang sebelumnya yang selalu dibuat oleh manusia yang mengaku warga negara Indonesia, namun memilik mentalitas antek dan budak asing, juga para konglomerat dengan kualitas sosial rendah, yang selalu menjual dan menguntungkan pihak asing. (AntaraNews / D009/Z003/Editor: B Kunto Wibisono/COPYRIGHT © 2013 / mm-industri.com / tender-indonesia.com, KOMPAS, berbagai sumber)
Artikel Lainnya: ariefokebanget.blogspot.com