Posted by : Banana Harajuku
Minggu, 15 Januari 2012
Dua jam sebelum jatuh baru akan diperoleh lintasan terakhirnya dan informasi prakiraan lokasi jatuhnya, yang itupun ketidakpastiannya mencapai ribuan km. Kalau ada pernyataan yang menyebut akan jatuh di Papua itu masih spekulatif.
Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyatakan satelit Rusia yang gagal meluncur ke Planet Mars, Phobos-Grunt, akan jatuh secara tak terkendali pada rentang waktu Minggu malam pukul 22.00 WIB hingga Senin (16/1) dini hari pukul 04.00 WIB.
"Dua jam sebelum jatuh baru akan diperoleh lintasan terakhirnya dan informasi prakiraan lokasi jatuhnya, yang itupun ketidakpastiannya mencapai ribuan km. Kalau ada pernyataan yang menyebut akan jatuh di Papua itu masih spekulatif," kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lapan, Prof Dr Thomas Djamaludin kepada ANTARA News, di Jakarta, Minggu sore.
Saat ini Phobos-Grunt masih berada pada ketinggian 140 km dari bumi, ujarnya. Kalau sudah di ketinggian 120 km, satelit itu akan memasuki atmosfer yang sudah semakin padat dan memungkinkan benda tersebut terbakar dan pecah.
Satelit dengan berat total 13,2 ton yang diluncurkan pada 9 November lalu dan direncanakan sampai di Mars pada 2014 itu setelah terbakar, lanjut dia, diperkirakan masih akan menyisakan pecahan seberat 500-600 kg yang sangat perlu diwaspadai.
Phobos-Grunt, urai pakar Astronomi-Astrofisika itu, saat ini jatuh tak terkendali dan bergerak hanya dikendalikan oleh gaya gravitasinya dengan beban terbesar berada di depan jalur orbitnya.
Sebelum Phobos-Grunt, sejumlah satelit yang jauh lebih berat, menurut dia, juga pernah jatuh ke bumi, misalnya Mir milik Rusia yang beratnya sekitar 135 ton pada tahun 2000-an, namun Mir jatuh secara terkendali dan dijatuhkan di lokasi yang aman diperairan Pasifik Selatan.
Selain itu Skylab milik AS seberat 77 ton pada tahun 1980-an juga pernah jatuh secara tak terkendali di suatu gurun di Australia.
Ada pula pecahan roket kecil milik China yang pada 2003 diperkirakan jatuh di Jazirah Arab, ternyata jatuh di Provinsi Bengkulu, Indonesia, dimana masyarakat melaporkan adanya ledakan dan getaran, demikian pula jatuhnya tabung roket di Gorontalo, di Lampung dan di Flores NTT pada 2007.
Jika sampai satelit Phobos-Grunt tersebut jatuh di pemukiman dan mencelakai penduduk, hukum internasional sudah mengatur bahwa pemiliknya (Rusia) harus bertanggung jawab dengan memberi ganti rugi, ujarnya.
"Namun diakui kemungkinan jatuh di wilayah berpenduduk sangat kecil, karena wilayah orbitnya di antara 51,4 derajat lintang utara sampai 51,4 derajat lintang selatan sebagian besar merupakan wilayah lautan, gurun, dan hutan," kata Djamal.
"Dua jam sebelum jatuh baru akan diperoleh lintasan terakhirnya dan informasi prakiraan lokasi jatuhnya, yang itupun ketidakpastiannya mencapai ribuan km. Kalau ada pernyataan yang menyebut akan jatuh di Papua itu masih spekulatif," kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lapan, Prof Dr Thomas Djamaludin kepada ANTARA News, di Jakarta, Minggu sore.
Saat ini Phobos-Grunt masih berada pada ketinggian 140 km dari bumi, ujarnya. Kalau sudah di ketinggian 120 km, satelit itu akan memasuki atmosfer yang sudah semakin padat dan memungkinkan benda tersebut terbakar dan pecah.
Satelit dengan berat total 13,2 ton yang diluncurkan pada 9 November lalu dan direncanakan sampai di Mars pada 2014 itu setelah terbakar, lanjut dia, diperkirakan masih akan menyisakan pecahan seberat 500-600 kg yang sangat perlu diwaspadai.
Phobos-Grunt, urai pakar Astronomi-Astrofisika itu, saat ini jatuh tak terkendali dan bergerak hanya dikendalikan oleh gaya gravitasinya dengan beban terbesar berada di depan jalur orbitnya.
Sebelum Phobos-Grunt, sejumlah satelit yang jauh lebih berat, menurut dia, juga pernah jatuh ke bumi, misalnya Mir milik Rusia yang beratnya sekitar 135 ton pada tahun 2000-an, namun Mir jatuh secara terkendali dan dijatuhkan di lokasi yang aman diperairan Pasifik Selatan.
Selain itu Skylab milik AS seberat 77 ton pada tahun 1980-an juga pernah jatuh secara tak terkendali di suatu gurun di Australia.
Ada pula pecahan roket kecil milik China yang pada 2003 diperkirakan jatuh di Jazirah Arab, ternyata jatuh di Provinsi Bengkulu, Indonesia, dimana masyarakat melaporkan adanya ledakan dan getaran, demikian pula jatuhnya tabung roket di Gorontalo, di Lampung dan di Flores NTT pada 2007.
Jika sampai satelit Phobos-Grunt tersebut jatuh di pemukiman dan mencelakai penduduk, hukum internasional sudah mengatur bahwa pemiliknya (Rusia) harus bertanggung jawab dengan memberi ganti rugi, ujarnya.
"Namun diakui kemungkinan jatuh di wilayah berpenduduk sangat kecil, karena wilayah orbitnya di antara 51,4 derajat lintang utara sampai 51,4 derajat lintang selatan sebagian besar merupakan wilayah lautan, gurun, dan hutan," kata Djamal.
VIVAnews - Satelit Luar Angkasa Rusia, Phobos Grunt, diperkirakan akan jatuh ke bumi. Satelit milik Rusia itu kemungkinan akan mendarat di lautan.
Dalam sebuah pertemuan Science Media Centre di London, Kepala Badan Antariksa Inggris, Richard Crowther mengaku tak khawatir dengan kembalinya Pbobos-Grunt.
"Ini tidak akan membuat saya terjaga sepanjang malam karena khawatir puing satelit akan mendarat di atap rumahku," kata dia. Jika dilihat dari luar angkasa, imbuhnya, sebagian besar wilayah Bumi tertutup air.
Dia menilai jatuhnya sampah satelit itu tidak perlu jadi ancaman karena biasanya jatuh di lautan atau terjadi saat malam hari.
"Jika anda melihat daratan, populasi terkonsentrasi di sekitar pantai atau daerah-daerah tertentu," jelasnya.
Crowther menambahkan kembalinya satelit dan pesawat antariksa akan menjadi materi pembahasan PBB. Menurutnya, para insinyur perlu memikirkan desain pesawat luar angkasa dengan mempertimbangkan kemungkinan kembalinya satelit ke bumi karena gagal.
"Desain yang membuat pesawat hancur sebelum masuk kembali ke bumi sehingga tidak membahayakan manusia yang ada di tanah."
Phobos-Grunt merupakan pesawat paling besar yang pernah dibuat Badan Luar Angkasa Rusia, Roscosmos. Misi pesawat ini adalah mendarat di Mars dan mengambil sejumlah sampel dari planet itu. China pun ikut serta dalam misi ini dengan menitipkan kontainer berisi bakteri. China ingin menguji kelangsungan hidup mereka di luar angkasa.
Sementara Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin menyatakan lokasi tepat jatuhnya sampah satelit tak bisa dipastikan hingga unit ini benar-benar jatuh ke Bumi. “Dua jam sebelum jatuh baru bisa dipastikan keakuratannya, jatuhnya di titik mana,” kata jebolan Universitas Kyoto ini. (sj)
• VIVAnews"Desain yang membuat pesawat hancur sebelum masuk kembali ke bumi sehingga tidak membahayakan manusia yang ada di tanah."
Phobos-Grunt merupakan pesawat paling besar yang pernah dibuat Badan Luar Angkasa Rusia, Roscosmos. Misi pesawat ini adalah mendarat di Mars dan mengambil sejumlah sampel dari planet itu. China pun ikut serta dalam misi ini dengan menitipkan kontainer berisi bakteri. China ingin menguji kelangsungan hidup mereka di luar angkasa.
Sementara Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin menyatakan lokasi tepat jatuhnya sampah satelit tak bisa dipastikan hingga unit ini benar-benar jatuh ke Bumi. “Dua jam sebelum jatuh baru bisa dipastikan keakuratannya, jatuhnya di titik mana,” kata jebolan Universitas Kyoto ini. (sj)